Kedewasaan Berpolitik

Pentingnya Kedewasaan Berpolitik

Dalam Berpolitik biasanya kita hanya mengenal kawan dan lawan, kalah dan menang, sebab politik tidak mempunyai telinga, tidak punya kepala, tidak mempunyai mata dan tidak mempunyai hati, yang ada hanyalah peradaban yang dangkal. Kontestasi pilkades kali ini menimbulkan polarisasi yang cukup seksi dan sangat beda dari Kontestasi sebelumnya, sebab kecanggihan teknologi dengan perkembangannya yang begitu pesat membuat mata masyarakat terbuka dan ikut andil dalam berkontestan. Media sosial kali ini menjadi sebuah rumah perdebatan dan pertengkaran yang menimbulkan dorongan masyarakat untuk berpartisipasi dalam Berpolitik.
Dalam konteks demokrasi yang mana memunculkan berbagai calon tentu keberpihakan terjadi antara pendukung A Pendukung B, C, D, dan E. Polarisasi memang hal lumrah bagi saya, namun jangan sampai polarisasi ini terjadi berlebihan atau melampaui batas dari kemanusiaan, perdebatan sengit hal biasa ini salah satu contoh bahwa kemajuan demokrasi di desa cukup membaik. Dalam artian, bagi setiap pendukung calon yang mengempanyekan calon terbaiknya harus dengan batas batas rasional, tidak saling serang dengan menebar fitnah, dan menjatuhkan satu dengan yang lainnya, tidak pula menutup kebenaran dari para calon yang ada.
Dalam kontestasi politik dengan cara terbuka, tentunya publik harus diberi asupan-asupan yang positif. Sehingga publik bisa berfikir jernih dalam menentukan pilihannya, bukan malah terjerat pada polarisasi yang didasari kebencian pada yang lain.
Sebagai masyarakat kita perlu tau bahwa keikut sertaan dalam memilih dan mensukseskan Pilkades serentak tahun 2021 ini adalah sebagai bentuk kepedulian kita terhadap negara demokrasi, urusan pilihan kita menang atau tidak itu tidak menjadi soal, yang paling penting peradaban sebagai perilaku kemanusiaan harus kita kedepankan, sebab semua yang mencalonkan diri di kontestasi pilkades, kita yakinkan bahwa itu orng-orang baik yang ingin memajukan dan mensejahterakan desa dan masyarakatnya, urusan baik buruk secara konteks pribadi manusia, tentu tiap manusia memiliki kesalahan, sebab tidak ada manusia satupun di bumi ini yang sempurna apa lagi dari pandangan orang yang tidak menyukai kita, maka dari itu bagi saudara kita nanti yang terpilih dalam pilkades, saat mereka melakukan kesalahan kehilafan mari kita sama-sama mengingatkan dengan baik, sebab sebaik baik nya teman adalah mereka yang mengingatkan kita apabila kita dalam kesesatan, perilaku ini lah yang seharusnya ada dalam diri kita, sehingga politik yang tadinya tidak punya peradaban, namun dengan perilaku beradab kita maka politik ikut memperbaiki peradabannya.
Sedikit mengutif dalam buku kepemimpinan Pesantren dalam halaman 25 bahwa Ibnu Taimiyah dan Muhammad Al-Jadzbaty mengatakan "urgensitas pemimpin disebabkan karena tampa seorang pemimpin tidak akan tercipta ketenangan, ketentraman dan kesejahteraan dalam masyarakat".
Maka dari itu untuk kontestasi politik kali ini khusus nya untuk pilkades yang akan dilaksanakan secara serentak. Mari kita Sukseskan bersama dengan cara ikut memilih dengan pilihan hati nurani, berpartisipasi lah sebeb Rasulullah melarang umatnya untuk bersifat acuh tak acuh, sebab perihal urgensi kepemimpinan desa yang baik menjadi impian setiap masyarakat desa, maka dari itu setiap dari kita harus ikut serta dalam pemilihan nanti. Kita minta pertarungan kali ini harus memperlihatkan ide serta gagasannya untuk membangun Desa yang lebih baik lagi 6 tahun kedepan. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan "Fastabiqul Khoirat" agar kita mendapat pemimpin yang bisa merealisasikan ketenangan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
Singkatnya Apapun yang terjadi, perdamaian adalah hal yang harus kita sepakati. Bukankah memang demikian, di atas politik adalah kemanusiaan. Artinya, sekeras apapun pertarungan politik, perdamaian di atas segalanya. Dengan kata lain, kontestasi hari ini harus diajdikan momen merajut kembali persahabatan, kekeluargaan. Selepas pencoblosan, tidak ada permusuhan yang saling menyudutkan. Ya, apapun hasilnya, siapa pun yang terpilih, itulah keputusan yang harus kita hormati bersama. Semua elemen pun harus saling bahu membahu untuk mengawal pemerintahan desa agar lebih maju, didukung jika kebijakannya berpihak pada rakyat dan dikritik jika menyimpang dari janji-janji yang sudah diteriakkan. Inilah kedewasaan berpolitik yang semestinya dicontohkan. Karena sejatiya, kontestasi politik adalah menciptakan nilai perdamaian di balik perbedaan pilihan yang memang niscaya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MYFAMILY IS EVERYTHING

Dialog Kepemudaan

PETA PEMIKIRAN DAN GERAKAN ISLAM DI INDONESIA